Selasa, 12 Juni 2012

CATUR ASRAMA


Dharma Wacana
Catur Asrama
I.                   Pendahuluan
Om Swastyastu
          pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk memaparkan sebuah Dharma wacana
·        Yang terhormat bapak kelian adat dan kelian dinas banjar kembangsari desa Blahkiuh
·        Demikian pula sekaa truna yang sangat saya cintai dan banggakan
Pertama-tama ijinkanlah saya mengaturkan puja-puji syukur karena atas Asung Kerta Wara Nugraha beliau kita dapat berkumpul disini dan pada saat yang berbahagia ini saya mendapat kesempatan untuk menyampaikan Dharma wacana yang bertemakan “Catur Asrama” karena sangat berguna sekali untuk menata kehidupan ini yang menurut Hindu ada empat jenjang, yang nantinya dapat tercapainya kebahagiaan yang sejati. Mengapa ada jenjang kehidupan?
II.                Isi
Umat sedharma yang berbahagia
          Manusia diciptakan di dunia ini memang untuk membayar karma,  Jadi tujuannya disamping melaksanakan jenjang-jenjang kehidupan menurut Hindu yang dibagi menjadi empat jenis yakni:
1.     Brahmacari
2.     Grahasta
3.     Wanaprasta
4.     Biksuka
1.     Brahmacari kata bramacari berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yakni brahma dan cari brahma yang artinya ilmu pengetahuan suci dan cari (car) yang atinya bergerak. Jadi brahmacari artinya bergerak dalam hal menuntut ilmu pengetahuan. Ini adalah jenjang pertama yang harus ditempuh dalam kehidupan karena agar ada bekal ilmu pengetahuan sehingga dalam hal mencari pekerjaan sangat gampang yakni untuk menempuh ke jenjang pernikahan. Dalam kitab Nitisastra II, 1 masa menuntut ilmu pengetahuan adalah maksimal 20 tahun, dan seterusnya hendanya kawin untuk mempertahankan keturunan dan generasi berikutnya, namun untuk masa menuntut ilmu, tidak ada batasnya umur, mengingat ilmu terus berkembang mengikuti waktu dan zaman . Maka pendidikan dilakukan seumur hidup. Brahmacari juga dikenal dengan istilah ” Asewaka guru / aguron-guron ” yang artinya guru membimbing siswanya dengan petunjuk kerohanian untuk memupuk ketajaman otak yang disebut dengan ” Oya sakti ” . Dalam masa brahmacari ini siswa dilarang mengumbar hawa nafsu sex ,karena akan mempengaruhi ketajaman otak.
Dalam kitab Silakrama , pendidikan seumur hidup dapat dibedakan menurut perilaku seksual dengan masa brahmacari. Dengan brahmacari dapat dibedakan menjadi 3 bagian, antara lain :
a. Sukla brahmacari artinya tidak kawin selama hidupnya . Contoh orang yang melaksanakan sukla brahmacari . Laksmana dalam cerita ramayana, bhisma dalam mahabarata, jarat karu dalam cerita adi parwa. B. Sewala brahmacari artinya kawin hanya rekali dalam hidupnya walau apapun yang terjadi.
c. Tresna ( kresna brahmacari ) artinya kawin yang lebih dari satu kali , maksimal empat kali. Perkawinan ini diperbolehkan apabila – istri tidak melahirkan
- istri tidak bisa melaksanakan tugas sebagai mana mestinya.
adapun syarat tresna brahmacari adalah :
- mendapat persetujuan dari irtri pertama
- suami harus bersikap adil terhadap istri-istrinya
- sebagai ayah harus adil terhadap anak dari istri-istrinya.
2.Grahasta adalah masa untuk mencari pendamping hidup karena dianggap sudah matang umur , merupakan jenjang yang kedua yaitu kehidupan pada waktu membina rumah tangga ( dari mulai kawin ). Kata grahasta berasal dari dua kata. Grha artinya rumah, stha artinya berdiri. Jadi grahasta artinya berdiri membentuk rumah tangga. Dalam berumah tangga ini harus mampu seiring dan sejalan untuk membina hubungan atas darar saling cinta mencintai dan ketulusan.syarat-syarat perkawinan adalah :
- sehat jasmani dan rohani
- hidup sudah mapan
- saling cinta mencintai
- mendapat persetujuan dari kedua pihak baik keluarga dan orang tua.
Sejak itu jenjang kehidupan baru masuk ke dalam anggota keluarga / anggota masyarakat. Menurut kitab Nitisastra. Masa grahasta yaitu 20 tahun. adapun tujuan grahasta adalah :
- melanjutkan keturunan
- membina rumah tangga ( saling tolong menolong, sifat remaja       dihilangkan,     jangan bertengkar apalagi di depan anak-anak karena  akan mempengaruhi  perkembangan psikologis anak )
- melaksanakan panca yadnya ( sebagai seorang hindu )
3. Wanaprasta terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak belukar dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa. Jadi wanaprasta artinya hidup menghasingkan diri ke dalam hutan. Mulai mengurangi hawa nafsu bahkan melepaskan diri dari ikatan duniawi. Menurut kitab Nitisastra masa wanaprasta kurang lebih 50 – 60 tahun.
Manfaat menjalani jenjang wanaprasta dalam kehidupan ini antara lain :
a. Untuk mencapai ketenangan rohani.
adapun filsafat tentang itu :
- orang menang, tidak pernah mengalahkan
- orang yang kaya karena tidak pernah merasa miskin
      b. Manfaatkan sisi hidup di dunia untuk mengabdi kepada masyarakat.
      c. Melepaskan segala keterikatan duniawi
4. Biksuka ( sanyasin )
Kata biksuka berasal dari kata biksu yang merupakan sebutan pendeta Buda. Biksu artinya meminta-minta. Masa biksuka ialah tingkat kehidupan yang dilepaskan terutama ikatan duniawi, hanya mengabdikan diri kepada Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ).
Ciri-ciri seorang biksuka :
a. Selalu melakukan tingkah laku yang baik dan bijaksana
b. Selalu memancarkan sifat-sifat yang menyebabkan orang lain bahagia.
c. Dapat menundukkan musuh-musuh nya seperti sadripu
- kama = nafsu
- loba = tamak / rakus
- kroda = marah
- moha = bingung
- mada = mabuk
- matsyarya = iri hati
III. Kesimpulan
Jadi manusia hidup di dunia ini ada tahapan-tahapan yang hendak dicapai agar jenjang kehidupan menjadi tertata, catur asrama ini juga berguna untuk menerapkan manusia agar melaksanakan swadharma menurut umur jadi dari umur 0 – 20th tahun hendaknya digunakan untuk belajar, umur 20th keatas baru kemudian menginjak ke jenjang menikah dengan mencari pasangan hidup agar mendapatkan keturunan yakni untuk meneruskan generasi agar tidak putus. Kemudian pada umur 50-60th setelah matang dalam belajar kemudian menikah tentu saja banyak memiliki ilmu-ilmu atau pengalaman yang dapat diterapkan dalam masyarakat atau mengabdi pada masyarakat. Kemudian jenjang yang terakhir adalah biksuka atau sanyasin dari umur 60th keatas hendaknya sudah menyerahkan diri dengan Tuhan tidak terikat lagi dengan nafsu-nafsu yang ada dalam diri apalagi itu nafsu sad ripu. Seorang sanyasin hendaknya selalu berbuat yang baik dan bijaksana dan tidak banyak memiliki keinginan-keinginan menyerahkan diri dengan Tuhan dan pasrah.
Umat sedharma yang berbahagia
Demikianlah dharma wacana tentang catur asrama semoga bermanfaat bagi kita semua dan saya mohon maaf apabila ad salah kata baik yang disengaja atau tidak, dan akhir kata saya tutup dengan parama santih
Om Santih, Santih, Santih Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar